Jalantauhid - Ada kalanya penghasilan istri lebih
besar daripada suami. Sebenarnya kondisi ini takkan jadi masalah jika pasutri bisa sama-sama bijak, saling menghargai dan bersinergi dengan adil, namun ada beberapa tanda yang perlu diantisipasi jika kondisi tersebut justru berpotensi merusak rumah tangga, yakni di saat suami merasa 'iri' dengan besarnya penghasilan istri.
Apa yang menjadi tanda-tanda dan bagaimana cara mengantisipasinya?
1. Suami mulai tampak mangkir dari kewajibannya
Yang menjadi kewajiban suami adalah menafkahi istri dan anak-anak semampunya, yakni meliputi makan sehari-hari, tempat tinggal, serta pakaian. Jika suami mulai mangkir dan menolak mengeluarkan kewajibannya tersebut padahal ia bisa melakukannya, maka ini adalah pertanda awal suami 'iri' dengan penghasilan istri yang lebih besar. Karena suami merasa bahwa sang istri tak butuh lagi tambahan darinya.
Istri tak boleh menoleransi hal ini jika tak ingin terjadi kekacauan di masa mendatang. Sikap tegas diperlukan agar suami menyadari kembali kewajibannya.
Wahai istri, kasihanilah suami Anda di akhirat kelak jika ia mendapat tuntutan karena tak menafkahi keluarganya. Jangan kasihani keadaan suami saat ini, karena justru dengan terus menuntut kewajibannya semampunya, Anda sebagai istri telah membantu suami untuk terus berkreativitas dan merasa dibutuhkan.
Istri juga perlu introspeksi apakah telah 'merendahkan' suami secara sengaja atau tidak sengaja, sehingga membuat suami ingin mangkir dari kewajibannya, karena pada dasarnya tak ada pria yang mau direndahkan.
Pastikan istri terus mendukung suami, memberi semangat, serta menunjukkan sikap hormat agar suami terus merasa dibutuhkan oleh Anda dan keluarga.
2. Suami terlihat ingin 'bersaing' dengan istri sendiri
Jika suami memperlihatkan suasana persaingan dengan istri sendiri, entah dalam hal karir, penampilan, atau apapun, bisa jadi ini merupakan gejala suami merasa iri karena 'tersaingi' oleh istrinya sendiri.
Sebagai istri, Anda perlu secara terang-terangan menyatakan pada suami bahwa perasaan bersaing di antara suami istri seharusnya tak perlu terjadi, bukankah Rasulullah dan istri tercintanya, Khadijah binti Khuwailid, tak pernah mengalami permasalahan meskipun secara finansial sang istri jauh lebih tinggi posisinya?
Istri perlu mengerti psikologi suami dan melakukan tindakan antisipasi agar 'persaingan' yang diciptakan oleh suami tidak perlu ditanggapi, justru harus segera 'dilunakkan' agar suami kembali mengingat bahwa suami istri merupakan partner, bukan rival.
3. Suami mengandalkan istri, dan tidak bersemangat bekerja
Ada pula ciri lainnya yang justru memperlihatkan gelagat kurang enak, karena suami malah mengandalkan istri untuk segala kebutuhan rumah tangga, juga terlihat tidak semangat bekerja. Motivasinya untuk berusaha menguap entah ke mana. Istri perlu menyemangati suami dan tidak memfasilitasi kemalasan suami tersebut karena di kemudian hari akan membawa permasalahan lebih banyak dalam rumah tangga.
Sumber: Ummi-online.com
besar daripada suami. Sebenarnya kondisi ini takkan jadi masalah jika pasutri bisa sama-sama bijak, saling menghargai dan bersinergi dengan adil, namun ada beberapa tanda yang perlu diantisipasi jika kondisi tersebut justru berpotensi merusak rumah tangga, yakni di saat suami merasa 'iri' dengan besarnya penghasilan istri.
![]() |
Sumber: Google.com |
1. Suami mulai tampak mangkir dari kewajibannya
Yang menjadi kewajiban suami adalah menafkahi istri dan anak-anak semampunya, yakni meliputi makan sehari-hari, tempat tinggal, serta pakaian. Jika suami mulai mangkir dan menolak mengeluarkan kewajibannya tersebut padahal ia bisa melakukannya, maka ini adalah pertanda awal suami 'iri' dengan penghasilan istri yang lebih besar. Karena suami merasa bahwa sang istri tak butuh lagi tambahan darinya.
Istri tak boleh menoleransi hal ini jika tak ingin terjadi kekacauan di masa mendatang. Sikap tegas diperlukan agar suami menyadari kembali kewajibannya.
Wahai istri, kasihanilah suami Anda di akhirat kelak jika ia mendapat tuntutan karena tak menafkahi keluarganya. Jangan kasihani keadaan suami saat ini, karena justru dengan terus menuntut kewajibannya semampunya, Anda sebagai istri telah membantu suami untuk terus berkreativitas dan merasa dibutuhkan.
Istri juga perlu introspeksi apakah telah 'merendahkan' suami secara sengaja atau tidak sengaja, sehingga membuat suami ingin mangkir dari kewajibannya, karena pada dasarnya tak ada pria yang mau direndahkan.
Pastikan istri terus mendukung suami, memberi semangat, serta menunjukkan sikap hormat agar suami terus merasa dibutuhkan oleh Anda dan keluarga.
2. Suami terlihat ingin 'bersaing' dengan istri sendiri
Jika suami memperlihatkan suasana persaingan dengan istri sendiri, entah dalam hal karir, penampilan, atau apapun, bisa jadi ini merupakan gejala suami merasa iri karena 'tersaingi' oleh istrinya sendiri.
Sebagai istri, Anda perlu secara terang-terangan menyatakan pada suami bahwa perasaan bersaing di antara suami istri seharusnya tak perlu terjadi, bukankah Rasulullah dan istri tercintanya, Khadijah binti Khuwailid, tak pernah mengalami permasalahan meskipun secara finansial sang istri jauh lebih tinggi posisinya?
Istri perlu mengerti psikologi suami dan melakukan tindakan antisipasi agar 'persaingan' yang diciptakan oleh suami tidak perlu ditanggapi, justru harus segera 'dilunakkan' agar suami kembali mengingat bahwa suami istri merupakan partner, bukan rival.
3. Suami mengandalkan istri, dan tidak bersemangat bekerja
Ada pula ciri lainnya yang justru memperlihatkan gelagat kurang enak, karena suami malah mengandalkan istri untuk segala kebutuhan rumah tangga, juga terlihat tidak semangat bekerja. Motivasinya untuk berusaha menguap entah ke mana. Istri perlu menyemangati suami dan tidak memfasilitasi kemalasan suami tersebut karena di kemudian hari akan membawa permasalahan lebih banyak dalam rumah tangga.
Sumber: Ummi-online.com