MANUSIA mengira dengan
menikmati kenikmatan hidupnya di dunia, mereka menganggap bahwa mereka
akan hidup selamanya.
Padahal keyakinan tersebut meniadakan akhirat tempat yang sesungguhnya akan mereka tempati.
Rutinitas manusia sehari-hari yang bersifat duniawi pun seringkali membuat banyak orang yang lupa kalau dia akan mati. Al-Qur’an pun sebagai pedoman kita dapat dijadikan petunjuk hidup kita, sebagaimana dijelaskan mengenai peringatan kematian bagi setiap manusia yang bernyawa:
“Dan mereka berkata: “Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa”, dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja,” (QS. Al-Jatsiah: 24).
Sebagai Muslim, kita harus ingat pada akan kematian karena cepat atau lambat, kita akan sampai pada kematian, dan mati itu sendiri bukanlah akhir dari segalanya, tapi justru kematian itu adalah awal dari kehidupan yang panjang, yaitu kehidupan akhirat yang merupakan pertanggung jawaban dan hasil dari kehidupan dunia yang fana ini.
Meyakini pada kehidupan akhirat menjadi sumber pengingat seorang manusia dalam menggapai mati husnul khotimah. Namun bagaimana dengan seseorang yang akan mengakibatkan seseorang jauh dari keyakinan kehidupan akhirat?
Manusia yang tidak meyakini kehidupan akhirat akan mengakibatkan dirinya kepada jurang yang menyengsarakan dirinya di akhirat kelak.
Akibat yang pertama manusia akan merasa bebas dengan aturan bahkan prinsip bebas yang akan dijalaninya, sehingga bisa menjadi faktor timbulnya kerusakan moral dan akhlak masyarakat.
Akibat yang kedua pandangan yang akan dituju pada imblannya hanya bersifat duniawi, akibatnya segala sesuatu, baik atau tidak, bermanfaat atau mudharat selalu dilihatnya dari kaca mata duniawi, dari hal-hal yang sifatnya materi, sehingga sangat berkembang pemikiran dan prilaku yang menunjukkan sikap materialis.
Begitu pentingnya keimanan kepada adanya hari akhirat atau kehidupan sesudah kematian di dunia ini, maka setiap Muslim harus berusaha untuk selalu ingat kepada kematian.
Salah satu alternatif kita bisa melakukannya dengan ta’ziah kepada orang yang mati, mengurus jenazah, ziarah kubur, menjenguk orang sakit, membaca riwayat hidup orang-orang yang bercita-cita tinggi untuk mati di jalan Allah dan melaksanakan berbagai peribadatan di dalam islam merupakan di antara cara-cara untuk ingat akan mati.
Pada kesimpulannya kematian pada seseorang merupakan nasihat pada kita bahwa cepat atau lambat kita pun akan mati seperti dia (orang yang meninggal).
Sumber: Menuju Umat Terbaik/Karya: As’ad Najmuddin/Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Da’wah (LPPD) Khairu Ummah
Padahal keyakinan tersebut meniadakan akhirat tempat yang sesungguhnya akan mereka tempati.
Sumber : ummi-online.com |
Rutinitas manusia sehari-hari yang bersifat duniawi pun seringkali membuat banyak orang yang lupa kalau dia akan mati. Al-Qur’an pun sebagai pedoman kita dapat dijadikan petunjuk hidup kita, sebagaimana dijelaskan mengenai peringatan kematian bagi setiap manusia yang bernyawa:
“Dan mereka berkata: “Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa”, dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja,” (QS. Al-Jatsiah: 24).
Sebagai Muslim, kita harus ingat pada akan kematian karena cepat atau lambat, kita akan sampai pada kematian, dan mati itu sendiri bukanlah akhir dari segalanya, tapi justru kematian itu adalah awal dari kehidupan yang panjang, yaitu kehidupan akhirat yang merupakan pertanggung jawaban dan hasil dari kehidupan dunia yang fana ini.
Meyakini pada kehidupan akhirat menjadi sumber pengingat seorang manusia dalam menggapai mati husnul khotimah. Namun bagaimana dengan seseorang yang akan mengakibatkan seseorang jauh dari keyakinan kehidupan akhirat?
Manusia yang tidak meyakini kehidupan akhirat akan mengakibatkan dirinya kepada jurang yang menyengsarakan dirinya di akhirat kelak.
Akibat yang pertama manusia akan merasa bebas dengan aturan bahkan prinsip bebas yang akan dijalaninya, sehingga bisa menjadi faktor timbulnya kerusakan moral dan akhlak masyarakat.
Akibat yang kedua pandangan yang akan dituju pada imblannya hanya bersifat duniawi, akibatnya segala sesuatu, baik atau tidak, bermanfaat atau mudharat selalu dilihatnya dari kaca mata duniawi, dari hal-hal yang sifatnya materi, sehingga sangat berkembang pemikiran dan prilaku yang menunjukkan sikap materialis.
Begitu pentingnya keimanan kepada adanya hari akhirat atau kehidupan sesudah kematian di dunia ini, maka setiap Muslim harus berusaha untuk selalu ingat kepada kematian.
Salah satu alternatif kita bisa melakukannya dengan ta’ziah kepada orang yang mati, mengurus jenazah, ziarah kubur, menjenguk orang sakit, membaca riwayat hidup orang-orang yang bercita-cita tinggi untuk mati di jalan Allah dan melaksanakan berbagai peribadatan di dalam islam merupakan di antara cara-cara untuk ingat akan mati.
Pada kesimpulannya kematian pada seseorang merupakan nasihat pada kita bahwa cepat atau lambat kita pun akan mati seperti dia (orang yang meninggal).
Sumber: Menuju Umat Terbaik/Karya: As’ad Najmuddin/Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Da’wah (LPPD) Khairu Ummah